Rabu, 16 Oktober 2013

Peningkatan Hasil Belajar Ssiwa dalam Pembelajaran IPA tentang Energi dan Penggunaannya Melalui Model Kooperatif Tipe Jigsaw Secara Terbimbing (PTK di Kelas IV SD Negeri 1 Mekarsari, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis Tahun Pelajaran 2009/2010)

A.    Judul
Peningkatan Hasil Belajar Ssiwa dalam Pembelajaran IPA tentang Energi dan Penggunaannya Melalui Model Kooperatif Tipe Jigsaw Secara Terbimbing (PTK di Kelas IV SD Negeri 1 Mekarsari, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis Tahun Pelajaran 2009/2010)
B.     Nama Penulis
Komariah (Guru Kelas IV SD Negeri 1 Mekarsari)
C.    Bidang Kajian
IPA
D.    Abstrak
Tujuan Penelitian ini adalah meningkatkan minat dan hasil belajar siswa dengan model pembelajaran Jigsaw.Dalam pembelajaran IPA tentang Energi dan penggunaanya mendapat hasil belajar dengan rata-rata kelas yang belum mencapai KKM yang ditentukan.Maka peneliti mengambil kesimpulan bahwa pembelajarannya bermasalah.Peneliti melibatkan Teman sejawat untuk menelaah, mengobservasi serta bersama peneliti mencari jalan keluarnya.
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di Kelas IV SD Negeri 1 Mekarsari Kecamatan Cimerak Kabupaten Ciamis, Provinsi Jabar.Penelitian ini dilakukan oleh guru di kelas tersebut.Dengan Siswa yang diteliti terdiri dari 33 siswa, terdiri dari 13 siswa laki-laki dan 20 anak perempuan. Penelitian dilaksanakan di  kelas IV  tahun pelajaran 2009/2009 semester 2 (dua) dengan bahan kajian Energi dan Pengunaannya. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari 2009 sampai bulan Maret 2009.
Pelaksanaan PTK IPA kelas IV semester 2 ini dilaksanakan dalam 3 siklus masing-masing siklus terdiri dari empat tahap yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap pengumpulan data, dan tahap refleksi. Metode yang digunakan adalah model pembelajaran Kooperatif Jigsaw.Penggunaan metode tersebut dikarenakan adanya kurang berhasilnya pembelajaran IPA pada KD energi dan penggunaanya.
Dengan latar belakang data prestasi siswa awal yang lulus nilai KKM sebesar 36,4 % kemudian setelah diupayakan perbaikan pembelajaran dimulai dari siklus I prestasi sudah meningkat menjadi 70,1% dilanjutkan lagi siklus kedua prestasinya meningkat lagi kelulusan nilai KKM sebesar 66,4% di siklus ke tiga kelulusan semakin meningkat sebesar 75,61%
Kata Kunci: Model Pembelajaran. Kooperatif Tipe Jigsaw.Minat. Hasil Belajar

E.     Pendahuluan
a.      Latar Belakang Masalah
Pada tahap awal, peneliti melakukan observasi bersama kolaborator pada kegiatan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam tentang energi dan penggunaannya di kelas IV SD Negeri 1 Mekarsaripada semester II tahun pelajaran 2009/2010.Dalam kegiatan obeservasi ini, peneliti bersama kolaborator mencatat semua hal yang terjadi pada kegiatan pembelajaran, dalam rangka untuk identifikasi masalah-masalah yang timbul dalam kegiatan pembelajaran.Hasil obeservasi yang dilakukan selama tiga kali kegiatan pembelajaran IPA, dijumpai hal-hal sebagai berikut.
1.     Siswa terlihat malas belajar, suka bermain dalam kelas.
2.     Motivasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA kurang.
3.     Hasi dan pemahaman belajar siswa tidak memenuhi standar KKM yang diharapkan.
Langkah selanjutnya peneliti mengadakan wawancara terhadap siswa, teman sejawat, dan kepala sekolah di lingkungan SD Negeri 1 Mekarsari dan diperoleh keterangan sebagai berikut.
1.     Faktor dari luar sebagian orang tua siswa kurang mendukung anak dalam belajar.
2.     Faktor dari sekolah kurangnya sarana prasarana yang digunakan.
3.     Dari guru belum memanfaatkan secara maksimal penggunaan alat peraga.
Mata Pelajaran IPA untuk Kompetensi Dasar energi dan penggunaannya telah ditetapkan KKM -nya adalah 63, namun dari 33 siswa yang ada, hanya 11 siswa yang mendapat nilai ≥ 65. Hal ini menjadikan pembelajaran dapat dikatakan tidak berhasil, sehingga perlu diadakan penelitian tindakan kelas untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.
Diharapkan setelah penelitian berlangsung nilai rata-rata 6,2 pada awal pembelajaran dapat berubah menjadi 65 dikarenakan sudah menggunakan model kooperatif tipe jigsaw dalam pembelajarannya. Begitu juga dengan motivasi siswa akan meningkat terhadap pelajaran IPA pada khususnya.
Penyebab rendahnya hasil belajar siswa bukan hanya berasal dari kegiatan pembelajaran di kelas, lingkungan masyarakat sekitar dan lingkungan keluarga siswa juga ikut berperan menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa.Perhatian orang tua siswa terhadap belajar anaknya di tempat peneliti mengajar sangat kurang.Orang tua siswa rata-rata bekerja sebagai petani dan pedagang kecil di pasar sehingga bekerja sebelum anaknya berangkat sekolah.Keadaan ini menyebabkan pada saat berangkat sekolah siswa tidak ada yang memperhatikan kebutuhannya.Sehingga motivasi belajar kurang.Belum lagi pada malam hari siswa tidak dibiasakan untuk dibantu dalam belajar.Sehingga pada saat sekolah banyak siswa yang tidak mengerjakan pekerjaan rumahnya.
Sarana prasarana sekolah sebenarnya cukup memadai bagi terselenggaranya pendidikan yang baik.Suasana sekolah juga sangat kondusif pada saat aktivitas pembelajaran dilaksanakan. Ditinjau dari sisi proses pembelajaran di kelas, peneliti menyadari kesalahan-kesalahan yang peneliti lakukan, antara lain penggunaan metode yang tidak sesuai, kurangnya kemampuan guru untuk menggali pengalaman siswa yang berhubungan dengan materi pembelajaran dengan fakta di lapangan yang sering dijumpai siswa, kurangnya penggunaan media sebagai proses adaptasi pengalaman siswa dengan konsep yang dipelajari, serta proses pembelajaran yang berpusat pada guru. Hanya masalah yang terkait dengan proses pembelajaran di kelas yang dapat peneliti perbaiki, untuk meningkatkan hasil belajar siswa peneliti menumbuhkan minat siswa terhadap pembelajaran IPA terlebih dahulu sehingga timbul perhatian dan rasa suka terhadap IPA. Penelitian tindakan kelas yang peneliti laksanakan difokuskan pada tumbuhnya minat siswa terhadap pembelajaran IPA sehingga hasil belajar dapat ditingkatkan.Untuk itu peneliti menerapkan model kooperatif tipe jigsaw.Model kooperatif tipe jigsaw,sebenarnya sering ditemui siswa dalam kehidupan sehari-hari. Perbaikan pembelajaran akan peneliti lakukan melalui pola penelitian tindakan kelas.
Agar permasalahan dapat dipecahkan, maka peneliti atau guru perlu melakukan tindakan yaitu melakukan pembelajaran model kooperatif tipe jigsaw pada kelompok yang terdiri dari lima anak dipilih secara acak. Hal ini agar dapat meningkatkan motivasi siswa.Pada tindakan kedua melakukan pembelajaran model kooperatif tipe jigsaw pada kelomok kecil yang terdiri dari dua anak.Agar dapat meningkatkan hasil belajar siswa.Tindakan pertama dan kedua dilakukan bertujuan untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa.

b.      Identifikasi Masalah
Dari sisi proses pembelajaran di kelas, peneliti menyadari kesalahan-kesalahan yang peneliti lakukan sehingga hasil belajar siswa tidak maksimal. Hasil identifikasi terhadap proses pembelajaran IPA yang peneliti laksanakan memperlihatkan beberapa permasalahan yang dialami oleh siswa, antara lain:
1.     siswa kurang memperhatikan penjelasan guru;
2.     motivasi belajar siswa rendah;
3.     ada beberapa siswa bermain saat guru menjelaskan;
4.     siswa pasif dalam pembelajaran.
Peneliti bersama kolaborator melakukan analisis terhadap penyebab timbulnya masalah tersebut dilihat dari peneliti atau pengajar, yaitu sebagai berikut.
1.     Pada awal pembelajaran guru belum dapat memfokuskan siswa.
2.     Guru belum memaksimalkan penggunaan alat peraga.
3.     Guru belum mengajak siswa untuk aktif dalam pembelajaran.
4.     Guru menyampaikan materi secara klasikal.
5.     Guru dalam pembelajaran menggunakan metode yang kurang vareatif, sehingga siswa menjadi jenuh dalam pembelajaran.
Setelah berdiskusi dengan pengamat yang merupakan teman sejawat berdasarkan hasil observasi, penyebab permasalahan siswa dalam pembelajaran maka diambil beberapa tindakan yang merupakan alternatif pemecahan masalah, yakni sebagai berikut.
1.      Pada awal pembelajaran guru menarik perhatian siswa dengan menggunakan alat peraga.
2.     Guru menggunakan alat peraga secara efektif.
3.     Pada pembelajaran guru melibatkan siswa untuk aktif dalam belajar.
4.     Dalam menyampaikan materi guru sebaiknya membimbing siswa untuk mencapai pemahaman tertentu dengan membuat kesimpulan.
5.     Dalam pembelajaran menggunkan berbagai macam metode sesuai kondisi anak pada saat pembelajaran berlangsung dan yang sesuai dengan materi yang diajarkan, sehingga pembelajaran akan menjadi efektif dan efisien.

c.       Pembatasan Masalah
Agar tidak terjadi kesalahan dalam menafsirkan isi penelitian tindakan kelas ini maka peneliti membatasi permasalahan penelitian sebagai berikut.
1.     Model kooperatif tipe jigsaw terbimbing
2.     Media sederhana
3.     Minat belajar siswa
4.     Mata pelajaran IPA

d.      Rumusan Masalah
Berdasarkan hasil obeservasi dan wawancara, analisis penyebab timbulnya masalah, dan alternatif tindakan pemecahan masalah diatas, maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut “Apakah melalui model belajar kooperatif tipe jigsaw(expert group/kelompok ahli) dapat meningkatkan hasil dan pemahaman belajar siswa pada pembelajaran IPA tentang energi dan penggunaanyadi kelas IV SD Negeri 1 Mekarsari, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis pada semester II tahun pelajaran 2009/2010? “ 
e.       Tujuan Penelitian
1.     Tujuan Umum
Menumbuhkan minat dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran  IPA
2.     Tujuan Khusus
Menumbuhkan minat dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA melalui penerapan model kooperatif tipe jigsaw di kelas IV SD Negeri 1 Mekarsari, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis. 






F.     Kajian Teori
a.      Hakikat IPA
IPA disiplin ilmu memiliki ciri-ciri sebagaimana disiplin ilmu lainnya.Setiap disiplin ilmu selain mempunyai ciri umum, juga mempunyai ciri husus/karakteristik.Adapun ciri umum dari suatu ilmu pengetahuan adalah merupakan himpunan fakta serta aturan yang yang menyatakan hubungan antara satu dengan lainnya.Fakta-fakta tersebut disusun secara sistematis serta dinyatakan dengan bahasa yang tepat dan pasti sehingga mudah dicari kembali dan dimengerti untuk komunikasi (Prawirohartono, 1989: 93).
Ciri-ciri khusus tersebut dipaparkan berikut ini.
1.       IPA mempunyai nilai ilmiah artinya kebenaran dalam IPA dapat dibuktikan lagi oleh semua orang dengan menggunakan metode ilmiah dan prosedur seperti yang dilakukan terdahulu oleh penemunya. Contoh : nilai ilmiah ”perubahan kimia” pada lilin yang dibakar. Artinya benda yang mengalami perubahan kimia, mengakibatkan benda hasil perubahan sudah tidak dapat dikembalikan ke sifat benda sebelum mengalami perubahan atau tidak dapat dikembalikan ke sifat semula. Perubahan kimia: lilin yang dibakar 
html Pengembangan dan Pembelajaran IPA SD 6
2.       IPA merupakan suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematis, dan dalam penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam.
3.       IPA merupakan pengetahuan teoritis. Teori IPA diperoleh atau disusun dengan cara yang khas atau khusus, yaitu dengan melakukan observasi, eksperimentasi,  penyimpulan, penyusunan teori, eksperimentasi, observasi dan demikian seterusnya kait mengkait antara cara yang satu dengan cara yang lain
4.       IPA merupakan suatu rangkaian konsep yang saling berkaitan.
Dengan bagan-bagan konsep yang telah berkembang sebagai suatu hasil eksperimen dan observasi, yang bermanfaat untuk eksperimentasi dan observasi lebih lanjut(Depdiknas, 2006).
5.       IPA meliputi empat unsur, yaitu produk, proses, aplikasi dan sikap.
Produk dapat berupa fakta, prinsip, teori, dan hukum. Proses merupakan prosedur pemecahan masalah melalui metode ilmiah; metode ilmiah meliputi pengamatan, penyusunan hipotesis, perancangan eksperimen, percobaan atau penyelidikan, pengujian hipotesis melalui eksperimentasi; evaluasi, pengukuran, dan penarikan kesimpulan.
Aplikasi merupakan penerapan metode atau kerja ilmiah dan konsep IPA dalam kehidupan sehari-hari.Sikap merupakan rasa ingin tahu tentang obyek, fenomena alam, makhluk hidup, serta hubungan sebab akibat yang menimbulkan masalah baru yang dapat dipecahkan melalui prosedur yang benar.Pengembangan dan Pembelajaran IPA. 
b.      Hakikat Belajar IPA
Berdasarkan karakteristiknya, IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pemahaman tentang karakteristik IPA ini berdampak pada proses belajar IPA di sekolah.
Pengembangan dan Pembelajaran IPA SD Sesuai dengan karakteristik IPA, IPA di sekolah diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan karakteristik IPA pula, cakupan IPA yang dipelajari di sekolah tidak hanya berupa kumpulan fakta tetapi juga proses perolehan fakta yang didasarkan pada kemampuan menggunakan pengetahuan dasar IPA untuk memprediksi atau menjelaskan berbagai fenomena yang berbeda. Cakupan dan proses belajar IPA di sekolah memiliki karakteristik tersendiri. 
Uraian karakteristik belajar IPA dapat diuraikan sebagi berikut.
1.       Proses belajar IPA melibatkan hampir semua alat indera, seluruh proses berpikir, dan berbagai macam gerakan otot. Contoh : untuk mempelajari pemuaian pada benda, kita perlu melakukan serangkaian kegiatan yang melibatkan indera penglihat untuk mengamati perubahan ukuran benda (panjang, luas, atau volume), melibatkan gerakan otot untuk melakukan pengukuran dengan menggunakan alat ukur yang sesuai dengan benda yang diukur dan cara pengukuran yang benar, agar diperoleh data pengukuran kuantitatif yang akurat. 
2.       Belajar IPA dilakukan dengan menggunakan berbagai macam cara (teknik). Misalnya, observasi, eksplorasi, dan eksperimentasi.
3.       Belajar IPA memerlukan berbagai macam alat, terutama untuk membantu pengamatan. Hal ini dilakukan karena kemampuan alat indera manusia itu sangat  terbatas. Selain itu, ada hal-hal tertentu bila data yang kita peroleh hanya berdasarkan pengamatan dengan indera, akan memberikan hasil yang kurang obyektif, sementara itu IPA mengutamakan obyektifitas. Contoh : pengamatan untuk mengukur suhu benda diperlukan alat bantu pengukur suhu yaitu termometer.
4.       Belajar IPA seringkali melibatkan kegiatan-kegiatan temu ilmiah (misal seminar, konferensi atau simposium), studi kepustakaan, mengunjungi suatu objek, penyusunan hipotesis, dan yang lainnya. Kegiatan tersebut kita lakukan semata-mata dalam rangka untuk memperoleh pengakuan kebenaran temuan yang benar-benar obyektif.
Contoh : sebuah temuan ilmiah baru untuk memperoleh pengakuan kebenaran, maka temuan tersebut harus dibawa ke persidangan ilmiah lokal, regional, nasional, atau  bahkan sampai tingkat internasional untuk dikomunikasikan dan dipertahankan dengan menghadirkan ahlinya.
5.       Belajar IPA merupakan proses aktif. Belajar IPA merupakan sesuatu yang harus siswa lakukan, bukan sesuatu yang dilakukan untuk siswa. Dalam belajar IPA, siswa mengamati obyek dan peristiwa, mengajukan pertanyaan, memperoleh pengetahuan, menyusun penjelasan tentang gejala alam, menguji penjelasan tersebut dengan cara-cara yang berbeda, dan mengkomunikasikan gagasannya pada pihak lain. Keaktifan secara fisik saja tidak cukup untuk belajar IPA, siswa juga harus memperoleh pengalaman berpikir melalui kebiasaan berpikir dalam belajar IPA.
Para ahli  pendidikan dan pembelajaran IPA menyatakan bahwa pembelajaran IPA seyogianya melibatkan siswa dalam berbagai ranah, yaitu ranah kognitif, psikomotorik, dan  afektif. Keaktifan dalam belajar IPA terletak pada dua segi, yaitu aktif bertindak secara fisik  atau hands-on dan aktif berpikir atau mindson (NRC, 1996:20).

c.       Hasil Belajar
Dalam kaitannya dengan ini hasil belajar yang diharapkan peneliti meliputi ketiganya. Kognitif siswa dalam IPA dapat meningkat dengan ditunjukkan pada nilai dalam evaluasi melebihi KKM IPA 63, afektif siswa ditunjukkan dengan sikap positif siswa terhadap IPA, timbul minatnya terhadap pelajaran IPA, serta menghilangkan anggapan bahwa IPA adalah pelajaran yang sulit. Sedangkan psikomotor siswa meningkat dengan terampil berhitung dan mengukur.
Hasil belajar yang ingin peneliti capai pada penelitian ini meliputi :
1.       hasil belajar kognitif, yang ditunjukkan siswa melalui nilai formatif dapat melebihi KKM IPA 63,
2.       hasil belajar afektif, yaitu tumbuhnya minat siswa dalam pembelajaran IPA,
3.       psikomotor, yaitu meningkatkan keterampilan berhitung dan mengukur siswa.
d.      Penggunaan Model Kooperatif Tipe Jigsaw dalam Pembelajaran IPA

Pembelajaran kooperatif adalah suatu sistem yang di dalamnya terdapat elemen-elemen yang saling terkait. Elemen-elemen pembelajaran kooperatif menurut Lie (2004) adalah 1. Saling ketergantungan positif, 2.Interaksi tatap muka, 3.Akuntabilitas Individual dan, 4.Ketrampilan untuk menjalani hubungan antar pribadi atau ketrampilan sosial yang secara sengaja diajarkan.
Pada pelaksanaan pembelajaran kali ini peneliti mengambil model kooperatif dengan tipe jigsaw.Tipe ini dikembangkan Elliot Aronson dan kawan-kawan di Universitas Texas, dan kemudian diadaptasi oleh Slavin dan kawan-kawan melalui metode Jigsaw.Adapun langkah-langkahnya:
1.       Kelas dibagi menjadi beberapa tim yang anggotanya terdiri dari 4 atau 5 siswa dengan karakteristik yang heterogen
2.       Bahan akademik disajikan kepada siswa dalam bentuk teks, dan setiap siswa bertanggung jawab untuk mempelajari suatu bagian dari bahan atau akademik tersebut.
3.       Para anggota dari beberapa tim yang berbeda memiliki tanggung jawab untuk mempelajari suatu bagian akademik yang sama dan selanjutnya berkumpul untuk saling membantu mengkaji bahan tersebut. Kumpulan siswa semacam itu disebut “Kelompok Pakar“ (Expert Grup) 
4.       Selanjutnya para siswa yang berada dalam kelompok pakar kembali kepada kelompok semula (home time) untuk mengajar anggota lain mengenai yang telah dipelajari dalam kelompok pakar.
5.       Setelah diadakan pertemuan dan diskusi dalam “home time”, para siswa di evaluasi secara individual mengenai bahan yang telah dipelajari. Dalam metode Jigsaw versi Slavin, pemberian skor seperti dilakukan seperti dalam metode Stad. Individu atau tim yang memperoleh skor tinggi diberi penghargaan oleh guru.
5.     Metodologi Penelitian
a.      Tempat Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di Kelas IV SD Negeri 1 Mekarsari Kecamatan Cimerak Kabupaten Ciamis karena peneliti adalah guru di kelas tersebut.
b.      Waktu Penelitian
Pelaksanaan penelitian, yaitu tahun pelajaran 2009/2010pada semester 2 (dua) dengan bahan kajian Energi dan Penggunaannya. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari 2009 sampai bulan Maret 2009.
c.       Subjek Penelitian
Dalam penelitian tindakan kelas ini (PTK) ini yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas IV SD Negeri 1 Mekarsari Kecamatan Cimerak Kabupaten Ciamis Tahun Pelajaran 2009/2010 dengan jumlah 33 siswa, banyaknya siswa laki-laki 13 siswa dan banyaknya siswa perempuan 20 siswa.
d.      Sumber Data
1.      Sumber data primer
Sumber data primer diambil dari hasil observasi minat siswa terhadap proses pembelajaran IPA yang dilakukan, dan nilai hasil belajar pada akhir siklus 1 dan siklus 2.
2.      Sumber data sekunder
Sumber data ini diperoleh dari learning log yang ditulis oleh siswa sendiri tentang proses pembelajaran IPA yang telah dilakukan, juga hasil wawancara guru ke siswa menanggapi proses pembelajaran.
e.       Teknik dan Alat Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data pada penelitian tindakan kelas ini adalah:
1.       teknik tes untuk mengetahui keberhasilan pembelajaran,
2.       teknik pengamatan untuk melihat minat siswa terhadap pembelajaran IPA menggunakan metode terbimbing dan menggunakan media sederhana,
3.       teknik wawancara untuk mendapat pengalaman langsung siswa terhadap proses pembelajaran dan
4.       learning log untuk mendapatkan umpan balikan dari pembelajaran yang dilaksanakan.
Sedangkan alat pengumpul data pada penelitian tindakan kelas ini adalah :
1.       Tes tertulis, berupa tes isian dan uraian dengan materi keliling bangun datar.
2.       Lembar pengamatan untuk melihat tingkat minat belajar siswa dengan komponen yang dilihat meliputi perilaku guru dan siswa dalam pembelajaran oleh observasi, yaitu:
1)      Guru, meliputi apersepsi, cara memotivasi siswa, mengarahkan siswa, penguasaan kelas, persebaran pertanyaan, dan kemampuan merangkum materi.
2)      Siswa, meliputi inisiatif mengeluarkan pendapat, ketekunan, semangat, disiplin, keaktifan, perhatian, kemampuan menjawab pertanyaan, kemampuan menyimpulkan, kemampuan menghitung, kemampuan memahami bahasa, kemampuan melakukan perintah, apresiasi pada mata pelajaran, rasa ingin tahu, ketertarikan pada pembelajaran
3.    Pedoman wawancara
Pedoman wawancara dibuat agar terjadi kerangka yang jelas tentang pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan oleh guru atau observer terhadap subjek (siswa).
4.    Lembar Learning Log
Dibuat lembar learning log agar siswa lebih mudah menuangkan ide-ide atau kritik dan sarannya kepada proses pembelajaran yang baru saja dialami.
f.       Analisis Data
Setelah data diperoleh baik dari hasil wawancara, learning log,  observasi/pengamatan maupun tes tertulis, selanjutnya data dianalisis dengan analisis deskriptif kualitatif. Pada prinsipnya analisis data untuk mencari dan mengatur secara sistematis data yang terkumpul untuk kemudian disimpulkan. Analisis data secara deskriptif kualitatif, dilakukan dengan memperhatikan indikator-indikator yang terdapat dalam panduan observasi, panduan pedoman wawancara, pedoman penilain yang merujuk pada permendiknas No. 20 tahun 2007 tentang pedoman penilaian. 
6.      Hasil Penelitian dan Pembahasan
a.      Hasil Penelitian
Siklus I
1.      Tahap Perencanaan
Tahap perencanaan tindakan menempuh langkah-langkah seperti pada rincian di bawah, yang dilakukan secara kolaborasi dengan teman sejawat.
1)       Merancang pembelajaran dengan penggunaan media lingkungan sekitar sekolah yang akan menjadi tindakan PTK
2)       Penulis menghubungi supervisor sebagai pembimbing pelaksanaan perbaikan pembelajaran.
3)       Penulis koordinasi dengan teman sejawat untuk mengamati pelaksanaan perbaikan pembelajaran
4)       Membuat perangkat pembelajaran yang terdiri dari silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).
5)       Menyusun Lembar Kegiatan Siswa (LKS).
6)       Menyusun instrumen observasi aktivitas siswa dan guru dalam proses pembelajaran
7)       Menyusun lembar evaluasi laporan hasil riset siswa secara tertulis dan secara lisan
8)       Menyusun soal evaluasi hasil belajar, dengan komposisi 60% soal yang berkaitan materi 40 % soal yang berkaitan dengan pengalaman hidup siswa.
9)       Menyiapkan lembar refleksi hasil pembelajaran
10)   Indikator pada siklus I, 50 % siswa dalam satu kelas memperoleh nilai ≥65 dalam kegiatan tersebut.
2.  Tahap Pelaksanaan
Tahapan Pertama (I)Eksplorasi
Siswa diberi motivasi agar mengemukakan pengetahuan awalnya tentang konsep atau materi yang akan dibahas. Guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan problematis, tentang fenomena yang sering ditemui siswa dalam kehidupan sehari-hari, yang sesuai dengan konsep atau materi yang akan dibahas.
Tahapan kedua (II)
Guru Membagi kelas dalam kelompok dan dipilih 1 orang yang ada dalam kelompok menjadi tim ahli. 1 ahli mempunyai anggota 2 s/d 3 anak.
Tahapan ketiga (III)Elaborasi
Guru meminta tim ahli sebagai expert group dari perwakilan kelompok untuk diberi pengarahan tentang pelaksanaan pengamatan dalam mencari macam-macam benda yang berbeda sifat yang terdapat dilingkungan sekitar sekolah untuk diisikan dilembar kerja siswa. Siswa melakukan pengamatan diluar kelas.
Tahapan keempat (IV)
Bersama siswa guru membahas apa yang ditulis dari lembar kerja siswa dengan mengidentifikasi perbedaan sifat ketiga benda tersebut. Bersama siswa menyimpulkan
Tahapan kelima (V)Konfirmasi
Diambil dua kelompok kecil dengan nilai terbaik dan aktif dalam pembelajaran untuk menerima penghargaan.Diberikan juga penghargaan pada siswa yang aktif bertanya maupun menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan pembelajaran.
Tahapan ketujuh (VI)
Pada akhir pembelajaran Guru membagi lembar evaluasi, siswa mengerjakan evaluasi. Observasi dan reflesi dilakukan pada saat pembelajaran sedang berlangsung.
Melalui penerapan model pembelajaran ini, pemahaman siswa akan meningkat. Fokus pada pelajaran. Siswa akan memiliki pengetahuan yang nyata. Tidak hanya di dengar tapi juga dilihat.
3.     Tahap Pengamatan
Menurut pengamat, pembelajaran yang peneliti laksanakan dalam kategori kurang sehingga minat siswa kurang dan pencapaian hasil belajar tidak maksimal.Peneliti sudah menggunakan peraga yang tepat namun kurang bervariasi.Siswa juga kurang aktif dalam pembelajaran.


4.     Tahap Refleksi
Berdasarkan pengamatan dan hasil refleksi peneliti menyadari adanya kekurangan dalam pembelajaran antara lain penerapan model kooperatiftipe  jigsaw belum maksimal penggunaannya. Peneliti masih mengejar target materi tidak mengutamakan proses yang dari perencanaan sudah peneliti inginkan. Didukung penggunaan media yang monoton dan kurang bervariasi.Tidak dapat menarik minat siswa dalam pembelajaran.Data yang telah didapat, peneliti bagi menjadi 3 bagian. Data pertama berupa lembar pengamatan minat siswa dengan rata-rata 3,1 dalam kategori cukup, data kedua berupa lembar pengamatan penguasaan hasil belajar siswa dengan rata-rata kelas 65 sama dengan KKM IPA sebesar 64,1, persentase ketuntasan: 51% artinya dari 33 siswa yang tuntas sebanyak 17 siswa sedangkan 13 siswa belum tuntas, data ketiga berupa lembar pengamatan pembelajaran dalam kategori cukup.
Setelah mempelajari data-data yang telah terkumpul serta hasil refleksi, peneliti menentukan langkah-langkah perbaikan pembelajaran pada siklus II sebagai berikut:
                                          1)      menerapkanmodel kooperatif tipe jigsaw pada kelompok kecil agar mengaktifkan siswa dalam kegiatan pembelajaran.
                                          2)      menerapkanmodel kooperatif tipe jigsaw dengan memberikan penekanan pada pemberian penguatan dan penghargaan agar dapat membangkitkan rasa ingin tahu siswa sehingga timbul minat siswa dalam pembelajaran.
Siklus II
1.      Tahap Perencanaan
Langkah-langkah yang dilakukan oleh peneliti secara kolaborasi adalah sebagai berikut.
1)      Merancang pembelajaran dengan penggunaan model kooperatif tipe jigsaw  yang akan menjadi tindakan PTK.
2)      Penulis koordinasi dengan teman sejawat untuk mengamati pelaksanaan perbaikan pembelajaran.
3)      Membuat perangkat pembelajaran yang terdiri dari silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).
4)      Menyusun Lembar Kegiatan Siswa (LKS).
5)      Menyusun instrumen observasi aktivitas siswa dan guru dalam proses pembelajaran.
6)      Menyusun lembar evaluasi laporan hasil riset siswa secara tertulis dan secara lisan.
7)      Menyusun soal evaluasi hasil belajar, dengan komposisi 60% soal yang berkaitan materi 40 % soal yang berkaitan dengan pengalaman hidup siswa.
8)      Menyiapkan lembar refleksi hasil pembelajaran
9)      Indikator pada siklus II, 60 % siswa dalam satu kelas memperoleh nilai ≥65 dalam kegiatan tersebut.

2.      Tahap Pelaksanaan
Langkah-langkah pembelajaran siklus II sebagai berikut.
·         Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
o    Mencari informasi dari buku, koran mengenai sumber energi alternatif
o    Matahari
o    Angin
o    Air
o    Panas
o    melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran; dan
o    memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di laboratorium, studio, atau lapangan.

·   Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru:
o    membiasakan peserta didik membaca dan menulis yang beragam melalui tugas-tugas tertentu yang bermakna;
o    memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-lain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis;
o    memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut;
o    memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dan kolaboratif;
o    memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk meningkatkan prestasi belajar;
o    memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan baik lisan maupun tertulis, secara individual maupun kelompok;
o    memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individual maupun kelompok;
o    Menyebutkan cara memanfaatkan energi matahari
o    Energi matahari diubah menjadi energi listrik dengan alat sel surya
o    Digunakan langsung sebagai pemanas air di rumah dengan alat panel listrik
o    Menyebutkan cara memanfaatkan energi angin, dan memberikan contoh
o    Kapal layar
o    Kincir Angin
o    Menyebutkan cara memanfaatkan energi Air
o    Menyebutkan cara memanfaatkan energi Panas bumi

·         Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
o    Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa
o    Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan penguatan  dan penyimpulan
3.      Tahap Pengamatan
Menurut pengamat, pembelajaran yang peneliti laksanakan dalam kategori baik sehingga membangkitkan minat siswa dan pencapaian hasil belajar maksimal.Peneliti menggunakan peraga yang tepat dan bervariasi. Dan sangat menarik perhatian siswa, sebagai indikasinya begitu guru memasuki ruang kelas dengan membawa media yang akan digunakan dalam pembelajaran banyak siswa yang bertanya apa yang akan dilakukan dengan membawa barang-barang tersebut. Rasa ingin tahu siswa menumbuhkan minat siswa sehingga aktif dalam pembelajaran.Harapannya dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
4.      Tahap Refleksi
Pembelajaran yang peneliti laksanakan benar-benar dapat membangkitkan minat siswa dalam pembelajaran. Sebagai indikasinya sejak peneliti memasuki kelas dengan membawa media yang banyak membuat siswa bertanya apa yang akan peneliti lakukan dengan barang-barang tersebut, padahal ini pelajaran IPA. Pertanyaan-pertanyaan siswa tersebut membuktikan bahwa rencana peneliti untuk menarik perhatian siswa berhasil. Apalagi setelah peneliti menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan siswa. Membuat siswa antusias ingin membuktikan apa yang telah didemonstrasikan peneliti dan perwakilan siswa di depan kelas.
Pengumpulan data hasil tes formatif, peneliti laksanakan setelah pelaksanaan pembelajaran hari Kamis, 24 Februari 2009 dengan dibantu pengamat.Data yang telah didapat, peneliti bagi menjadi 3 bagian. Data pertama berupa lembar pengamatan minat siswa dengan rata-rata 4,1 dalam kategori baik sekali, data kedua berupa lembar pengamatan penguasaan hasil belajar siswa dengan rata-rata kelas 70,15 telah melampaui indikator kinerja yang ditetapkan dalam penelitian tindakan kelas ini dan perolehan nilai masing-masing siswa sudah 84% ≥ KKM IPA 64,1, persentase ketuntasan: 66,67% artinya dari 33 siswa yang tuntas sebanyak 22 siswa sedangkan 11 siswa belum tuntas, data ketiga berupa lembar pengamatan pembelajaran dalam kategori baik sekali.
Setelah mempelajari data-data yang terkumpul, peneliti menghentikan penelitian sampai pada siklus II karena hasil belajar telah mencapai rata-rata 70,15 telah melampaui indikator kinerja yang ditetapkan dalam penelitian tindakan kelas ini dan perolehan nilai masing-masing siswa sudah 66% ≥ KKM IPA 65 dan aspek minat siswa telah mencapai kriteria baik, sudah sesuai dengan target peneliti.


Siklus III
1.      Tahap Perencanaan
Langkah-langkah yang dilakukan oleh peneliti secara kolaborasi adalah sebagai berikut.
1)      Merancang pembelajaran dengan penggunaan model kooperatif tipe jigsaw yang akan menjadi tindakan PTK
2)      Penulis koordinasi dengan teman sejawat untuk mengamati pelaksanaan perbaikan pembelajaran
3)      Membuat perangkat pembelajaran yang terdiri dari silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).
4)      Menyusun Lembar Kegiatan Siswa (LKS).
5)      Menyusun instrumen observasi aktivitas siswa dan guru dalam proses pembelajaran
6)      Menyusun lembar evaluasi laporan hasil riset siswa secara tertulis dan secara lisan
7)      Menyusun soal evaluasi hasil belajar, dengan komposisi 60% soal yang berkaitan materi 40 % soal yang berkaitan dengan pengalaman hidup siswa.
8)      Menyiapkan lembar refleksi hasil pembelajaran
9)      Indikator pada siklus II, 70 % siswa dalam satu kelas memperoleh nilai ≥65 dalam kegiatan tersebut.
2.     Tahap Pelaksanaan
o    Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
o    Mencari informasi dari buku, koran mengenai sumber energi alternatif
*  Matahari
*  Angin
*  Air
*  Panas
o    melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran; dan
o    memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di laboratorium, studio, atau lapangan.

·   Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru:
o    membiasakan peserta didik membaca dan menulis yang beragam melalui tugas-tugas tertentu yang bermakna;
o    memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-lain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis;
o    memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut;
o    memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dan kolaboratif;
o    memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk meningkatkan prestasi belajar;
o    memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan baik lisan maupun tertulis, secara individual maupun kelompok;
o    memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individual maupun kelompok:
·         Menyebutkan cara memanfaatkan energi matahari
·         Energi matahari diubah menjadi energi listrik dengan alat sel surya
·         Digunakan langsung sebagai pemanas air di rumah dengan alat panel listrik
o    Menyebutkan cara memanfaatkan energi angin, dan memberikan contoh
·   Kapal layar
·   Kincir Angin
o    Menyebutkan cara memanfaatkan energi Air
o    Menyebutkan cara memanfaatkan energi Panas bumi
o    Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
o    Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa
o    Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan penguatan  dan penyimpulan
3.     Tahap Pengamatan
Menurut pengamat, pembelajaran yang peneliti laksanakan dalam kategori baik.Minat siswa dan pencapaian hasil belajar maksimal.Peneliti menggunakan peraga yang tepat dan bervariasi.Minat siswa sudah terbentuk.
4.     Tahap Refleksi
Pengumpulan data hasil tes formatif, peneliti laksanakan setelah pelaksanaan pembelajaran hari Kamis, 24 Februari 2009 dengan dibantu pengamat.Data yang telah didapat, peneliti bagi menjadi 3 bagian. Data pertama berupa lembar pengamatan minat siswa dengan rata-rata 4,1 dalam kategori baik sekali, data kedua berupa lembar pengamatan penguasaan hasil belajar siswa dengan rata-rata kelas 75,61 telah melampaui indikator kinerja yang ditetapkan dalam penelitian tindakan kelas ini dan perolehan nilai masing-masing siswa sudah 81% ≥ KKM IPA 64,1, persentase ketuntasan: 81% artinya dari 33 siswa yang tuntas sebanyak 27 siswa sedangkan 6 siswa belum tuntas, data ketiga berupa lembar pengamatan pembelajaran dalam kategori baik sekali.
Setelah mempelajari data-data yang terkumpul, peneliti menghentikan penelitian sampai pada siklus II karena hasil belajar telah mencapai rata-rata 75,61 telah melampaui indikator kinerja yang ditetapkan dalam penelitian tindakan kelas ini dan perolehan nilai masing-masing siswa sudah 80,1% ≥ KKM IPA 64,1 dan aspek minat siswa telah mencapai kriteria baik sekali, sudah sesuai dengan target peneliti.
b.      Pembahasan
1.      Kondisi Awal
Kondisi awal subyek penelitian menunjukkan data nilai rata-rata kelas adalah 62,42 dan tingkat ketuntasan siswa pada standar kompetensi ini baru 36,6% dihitung dari seluruh jumlah siswa. 
2.      Siklus 1
Observasi yang dilakukan dengan bantuan teman sejawat pada saat perbaikan pembelajaran dari penyajian 12 butir tentang perilaku siswa yang diobservasi menunjukkan kemunculan yang bagus yaitu mencapai 85,4% keaktifan siswa dalam mengikuti perbaikan pembelajaran melalui PTK ini.Data yang diperolah dari tes setelah melaksanakan diskusi kelompok menunjukkan hasil dibawah ini :
Tabel 4 Hasil Tes Formatif siklus 1
Nilai
Banyak Siswa Bernilai
Jumlah
50
7
350
55
1
55
60
13
780
65
1
65
70
8
560
80
1
80
85
2
170
Jumlah nilai
2060
       Nilai rata-rata kelas =  Jumlah nilai   
    Jumlah siswa
=   2060
       33
=  62,42
Tingkat keaktifan siswa yang tinggi sampai dengan 85,4% dari butir observasi perilaku siswa menunjukkan hasil yang baik. Empat kelompok kerja diskusi bisa diukur dari hasil lembar kerja siswa perolehan nilai rata-rata 64,3.
Pada tes akhir perolehan nilai dibandingkan dengan data awal sebelum perbaikan pembelajaran ada peningkatan. Data awal yang lulus KKMnya 36,4% dari seluruh jumlah siswa. Pada siklus satu yang lulus sesuai nilai KKM 51% jadi dengan metode Kooperatif Jigsaw sangat membantu tingkat  keberhasilan siswa pada standar kompetensi Mendeskripsikan energi panas dan bunyi yang terdapat dilingkungan sekitar dan sifat-sifatnya.
3.      Siklus 2
Observasi yang dilakukan dengan bantuan teman sejawat pada saat perbaikan pembelajaran dari 12 butir tentang perilaku siswa yang di observasi menunjukkan kemunculan meningkat dari 85,4%. Keaktifan siswa menjadi 89% dalam mengikuti perbaikan pembelajaran melalui PTK ini.
Data yang diperolah dari tes setelah melaksanakan diskusi kelompok menunjukkan hasil dibawah ini :
Tabel 5 Tes Formatif Siklus 2
Nilai
Banyak Siswa Bernilai
Jumlah
50
1
50
60
10
600
65
1
65
70
10
700
75
6
450
80
1
80
85
2
170
100
2
200
Jumlah nilai
2315

      
Nilai rata-rata  =  Jumlah nilai
Jumlah siswa
=  2315
      33
=  70,15
Keaktifan siswa dari butir observasi perilaku siswa menunjukkan data yang meningkat pada siklus I adalah 85% menjadi 88% juga pada tes dalam proses yang merupakan metode Kooperatif Jigsaw pada siklus pertama memperoleh nilai rata-rata 62,42 meningkat menjadi 70,5.
Pada hasil tes akhir perolehan nilai dibandingkan dengan perolehan pada siklus I juga ada peningkatan dari lulus nilai kkmnya 36,3 % pada siklus pertama meningkat menjadi 70,5 % pada siklus dua
4.      Siklus III
Data yang diperolah dari tes setelah melaksanakan diskusi kelompok menunjukkan hasil dibawah ini.
Tabel 6 Tes Formatif Siklus 6
Nilai
Banyak Siswa Bernilai
Jumlah
60
6
360
65
1
65
70
12
840
75
4
300
80
1
80
85
2
170
90
2
180
100
5
500
Jumlah nilai
2495

Nilai rata-rata  =  Jumlah nilai
                            Jumlah siswa
                  =   2495
          33
                  =  75,61 
Padaakhir pelaksanaan tindakan kelas guru sebagai peneliti melakukan diskusi dengan guru pengamat aktivitas  guru peneliti. Merumuskan dan membahas data-data yang diperoleh dari hasil evaluasi siswa, hasil pengamatan aktivitas  siswa juga aktivitas  guru peneliti dihasilkan adanya perbaikan pembelajaran.
Dari data-data yang sudah diperoleh baik pengumpulan nilai siswa, skor prosentase pengamatan terhadap aktivitas  siswa juga aktivitas  guru peneliti sudah banyak kemajuan.
7.      Simpulan
Berdasarkan perbaikan pembelajaran yang sudah dilaksanakan di kelas IV semester 2 SD Negeri 1 Mekarsari Kecamatan Cimerak Kabupaten Ciamis dari analisis data dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan model kooperatif tipe Jigsaw pada mata pelajaran IPA tentang kompetensi dasar memahami berbagai bentuk energi dan cara penggunaanya dalam kehidupan sehari-hari, hasil belajar siswa semakin meningkat. Sebelumnya data hasil belajar siswa yang lulus nilai KKM sebesar 36,4 % kemudian setelah diupayakan perbaikan pembelajaran dimulai dari siklus I hasil belajar siswa sudah meningkat menjadi 70,1%, dilanjutkan lagi siklus kedua prestasinya meningkat lagi kelulusan nilai KKM sebesar 66,4%, dan di siklus ketiga kelulusan semakin meningkat sebesar 75,61%.
Hasil yang selalu meningkat dari setiap siklusnya menandakan pembelajaran IPA tentang kompetensi dasar memahami berbagai bentuk energi dan cara penggunaanya dalam kehidupan sehari-hari dengan menggunakan model kooperatif tipe jigsaw disimpulkan berhasil meningkatkam minat dan hasil belajar siswa. 
8.      Daftar Pustaka

Andayani. 2008. Pemantapan Kemampuan Mengajar. Jakarta : Tiga serangkai.
Hamalik, Oemar. 2007. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara
Mulyati, Yeti. M.Pd. 2004. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Dikelas Rendah : Jakarta : Tiga serangkai.
Wardhani, I. G. K. 2007.Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Tiga serangkai.
Winataputra, Udin S. 2007. Teori Belajar Dan Pembelajaran. Jakarta : Tiga serangkai.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar