Rabu, 16 Oktober 2013

Implementasi Pendekatan Kontekstual Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Matematika (PTK pada Siswa Kelas V SD Negeri 1 Mekarsari, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis Tahun Pelajaran 2008/2009)


A.    Judul
Implementasi Pendekatan Kontekstual Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Matematika (PTK pada Siswa Kelas V SD Negeri 1 Mekarsari, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis Tahun Pelajaran 2008/2009)
B.     Nama Penulis
Komariah (Guru Kelas V SD Negeri 3 Mekarsari)
C.    Bidang Kajian
Matematika tentang Menggunakan Pecahan dalam Pemecahan Masalah
D.    Abstrak

                                                  ABSTRAK
Kata Kunci: Hasil Belajar Siswa, Mata Pelajaran Matematika, Implementasi Pendekatan Konstektual
Penelitian ini dilakukan dalam rangka memperbaiki kinerja guru dan siswa dalam pembelajaran matematika melalui penggunaan pendekatan kontekstual.Diharapkan melalui penggunaan pendekatan tersebut tujuan yang diharapkan dapat dicapai oleh seluruh siswa kelas V SD Negeri 1 Mekarsari, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis, Tahun Pelajaran 2008/2009.Waktu pelaksanaannya, sesuai dengan kalender akademik di sekolah, agar tidak mengganggu jalannya aktivitas KBM.Rancangan penelitian yang ditempuh, yakni penelitian tindakan kelas, yang terdiri atas empat tahapan berikut membuat perencanaan tindakan, melaksanakan tindakan dalam pembelajaran, mengobservasi tindakan, dan merefleksi tindakan.Penelitian tersebut dilaksanakan dalam tiga siklus.Adapun data penelitian ini, meliputi catatan lapangan, catatan hasil pengamatan, dokumentasi perencanaan, dan hasil evaluasi.Teknik pengumpulan data yang digunakan meliputi observasi, wawancara, dokumentasi, tes, dan diskusi.Teknik analisis data menggunakan teknik kualitatif model mengalir, meliputi tahap reduksi data, pemaparan data, verifikasi, dan penyimpulan data. Untuk menguji keabsahan data dilakukan pengecekatan ulang (triangulasi) dengan kolabolator dan siswa. Setelah menyelesaikan penelitian ini, diperoleh simpulan sebagai berikut
1
 
: (1) pembelajaran dengan pendekatan kontekstual memiliki dampak positif dalam meningkatkan hasil belajar siswa yang ditandai dengan peningkatan ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu siklus I (68,18%), siklus II (77,27%), siklus III (86,36%); dan (2) penerapan pendekatan kontekstual mempunyai pengaruh positif, yaitu dapat meningkatkan motivasi belajar siswa yang ditunjukan dengan hasil wawancara dengan sebagian siswa, rata-rata jawaban siswa menyatakan bahwa siswa tertarik dan berminat dengan pendekatan kontekstual sehingga mereka menjadi termotivasi untuk belajar.
E.     Pendahuluan
a.      Latar Belakang Masalah
Text Box: 1Peranan lingkungan dan keluarga sangat penting dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa disamping guru. Guru memiliki peranan yang sangat penting dalam hal menumbuhkembangkan minat siswa untuk meraih hasil belajar dalam bidang pelajaran tertentu termasuk matematika. Untuk itu seorang guru perlu mencari strategi alternatif dalam menumbuhkan minat siswa agar mau belajar dengan gembira (tanpa merasa dipaksa), sehingga dapat menimbulkan percaya diri pada siswa, yang pada akhirnya mereka dapat mengembangkan kemampuan yang telah ada tanpa mereka sadari. Tampaknya menggali kemampuan siswa dengan cara menumbuhkembangkan kemampuan yang telah ada belum pernah dilakukan oleh guru SD Negeri 1 Mekarsari, sehingga pendidikan itu terkesan memaksa dan menjemukan. Lebih-lebih siswa tumbuh pada lingkungan dan keluarga yang kurang memahami pentingnya pendidikan.Orang tua tidak mengerti, lingkungan tidak mendukung, di sekolah merasa dipaksa mengerjakan hal-hal yang tidak bisa dan berakhir dengan pengambilan keputusan untuk berhenti sekolah.Seperti halnya siswa SD Negeri 1 Mekarsari, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis. Anak-anak usia sekolah di wilayah ini tidak sedikit yang putus sekolah. Mereka putus sekolah mungkin disebabkan oleh faktor ekonomi, lingkungan, atau mungkin saja akibat strategi pembelajaran di kelas kurang menarik dan tidak dapat membuat siswa merasa gembira datang ke kelas.Sekolah Dasar (SD) memegang peranan yang sangat penting dalam pendidikan.Keberhasilan siswa di SD sangat berpengaruh terhadap keberhasilannya di sekolah lanjutan.Menurut informasi dari guru SD Negeri 1 Mekarsari diperoleh bahwa rata-rata hasil belajar matematika siswa kelas V selalu di bawah enam. Dalam proses pembelajarannya, guru berupaya memberikan penjelasan materi secara lengkap. Dalam hal ini siswa cendrung dituntut untuk mengikuti contoh yang telah diberikan oleh guru.Tentunya pembelajaran seperti ini tidak relevan dengan tuntutan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang berorientasi pada kompetensi.Dari kenyataan ini jelaslah guru tersebut perlu dibantu dengan melibatkan yang bersangkutan pada suatu penelitian tindakan kelas dengan maksud agar disamping guru memperoleh pengalaman langsung dalam melakukan pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan KTSP, juga dapat mengembangkan kompetensi siswa sesuai dengan yang digariskan dalam kurikulum. Dalam proses pembelajaran, guru memulai dengan menjelaskan –memberi contoh latihan soal. Jadi siswa secara langsung diberikan rumusrumus matematika tanpa diberi kesempatan untuk menemukan sendiri.Berbeda halnya dengan pembelajaran yang berorientasi pada kurikulum ini, pembelajaran hendaknya diawali dari dunia nyata dan rumus diharapkan ditemukan oleh siswa sendiri. Sebagai contoh: sebelum menjelaskan sifat distributif yaitu a x (b+c) = (axb)+(axc) siswa diberi pertanyaan sebagai berikut. Wayan disuruh membeli beras sebanyak 9 kg. Harga beras per kg Rp.2900,-. Berapa rupiah Wayan harus membayar?.Cara siswa menjawab kemungkinan bervariasi. Beberapa kemungkinan cara siswa menjawab adalah: 9 x (3000-100) = (9x3000) – (9x100), atau (10- 1)x2900 = (10x2900) – (1x2900) atau cara lainnya. Jadi jenis jawaban beragam pendekatan pembelajaran yang cocok dengan kurikulum tersebut adalah pendekatan kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL).
Pada pembelajaran CTL guru tidak mengharuskan siswa menghapal fakta-fakta tetapi guru hendaknya mendorong siswa untuk mengkontruksi pengetahuan dibenak mereka sendiri. Melalui CTL siswa diharapkan belajar melalui ‘mengalami’ bukan ‘menghapal’. Dalam pembelajaran, guru perlu memahami konsepsi awal yang dimiliki siswa dan mengaitkan dengan konsep yang akan dipelajari.
Konsepsi awal ini dapat direkam dari pekerjaan siswa dalam LKS dan dari jawaban siswa terhadap pertanyaan-pertanyaan guru yang disampaikan pada awal pembelajaran.Dalam pembelajaran biasanya siswa malu atau takut bertanya kepada gurunya dan lebih suka bertanya kepada teman-temanya.Oleh karena itu implementasi pendekatan kontekstual melalui pembelajaran kooperatif berbantuan LKS perlu diterapkan. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: (a) meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas V SD Negeri 1 Mekarsari dengan implementasi pendekatan kontekstual melalui pembelajaran kooperatif berbantuan LKS., (b) mendeskripsikan tanggapan siswa terhadap implementasi pendekatan kontekstual melalui pembelajaran kooperatif berbantuan LKS.
Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti terdorong untuk melakukan penelitian tindakan kelas yang berjudul “IMPLEMENTASI PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA (Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas V SD Negeri 1 Mekarsari Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis Tahun Pelajaran 2008/2009)”.
b.      Rumusan Masalah
Masalah adalah segala rintangan tentang hambatan dan kesulitan yang memerlukan pemecahan jawaban agar usaha pencapaian tujuan dimaksud dapat berhasil dengan baik. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini, yaitu: Adakah peningkatan hasil belajar siswa melalui implementasi pendekatan konstektual pada siswa Kelas V SD Negeri 1 MekarsariKecamatan Cimerak Kabupaten Ciamis?
c.       Tujuan Perbaikan
Tujuan utama penelitian ini, yaitu:
1.      Menghasilkan model pembelajaran yang dapat dimanfaatkan untuk peningkatan hasil belajar matematika pada siswa Kelas V SD Negeri 1 Mekarsari, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis.
2.      Mengetahui adanya peningkatan hasil belajar melalui impelementasi pendekatan konstektual pada siswa Kelas V SD Negeri 1 Mekarsari, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis.
3.      Meningkatkan keaktifan siswa pada kegiatan pembelajaran yang akan membawa peningkatan hasil belajar melalui impelementasi pendekatan konstektual pada siswa Kelas V SD Negeri 1 Mekarsari, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis.


F.     Kajian Teori
a.      Pengertian Belajar Matematika
Menurut Effendi (1980 : 148)“Belajar matematika berarti mempelajari fikiran-fikiran manusia, yang berhubungan dengan ide, proses dan penalaran”. Demikian pun menurut Soleh (1998:3) bahwa“Belajar matematika adalah belajar tentang bilangan, belajar menjumlah, mengurangi dan membagi yang terdapat dalam aljabar, aritmatika, dan geometri”.
Jadi belajar matematika adalah melibatkan diri yang berhubungan dengan ide, proses dan penalaran yang semuanya telah tersusun secara hirarki dari konsep-konsep yang rendah sampai konsep-konsep yang lebih tinggi.
b.      Pendekatan Kontektual
Borko dan Putnam mengemukakan bahwa dalam pembelajaran kontekstual,guru memilih konteks pembelajaran yang tepat bagi siswa dengan cara mengaitkanpembelajaran dengan kehidupan nyata dan lingkungan di mana anak hidup dan beradaserta dengan budaya yang berlaku dalam masyarakatnya(http.//www.contextual.org.id). Pemahaman, penyajian ilmu pengetahuan,keterampilan, nilai dan sikap yang ada dalam materi dikaitkan dengan apa yangdipelajari dalam kelas dan dengan kehidupan sehari-hari (Dirjen Dikdasmen, 2001: 8).
Dengan memilih konteks secara tepat, maka siswa dapat diarahkan kepada pemikiranagar tidak hanya berkonsentrasi dalam pembelajaran di lingkungan kelas saja, tetapidiajak untuk mengaitkan aspek-aspek yang benar-benar terjadi dalam kehidupanmereka sehari-hari, masa depan mereka, dan lingkungan masyarakat luas.Dalam kelas kontekstual, tugas guru adalah membantu siswa dalam mencapaitujuannya. Guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada memberi informasi.Guru bertugas mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untukmerumuskan, menemukan sesuatu yang baru bagi kelas yang dapat berupapengetahuan, keterampilan dari hasil “menemukan sendiri” dan bukan dari “apa kataguru.
Penggunaan pembelajaran kontekstual memiliki potensi tidak hanya untukmengembangkan ranah pengetahuan dan keterampilan proses, tetapi juga untukmengembangkan sikap, nilai, serta kreativitas siswa dalam memecahkan masalahyang terkait dengan kehidupan mereka sehari-hari melalui interaksi dengan sesamateman, misalnya melalui pembelajaran kooperatif, sehingga juga mengembangkanketrampilan sosial (social skills) (Dirjen Dikmenum, 2002: 6). Lebih lanjut Schaible,Klopher, dan Raghven, dalam Joyce-Well (2000: 172) menyatakan bahwa pendekatankontekstual melibatkan siswa dalam masalah yang sebenarnya dalam penelitiandengan menghadapkan anak didik pada bidang penelitian, membantu merekamengidentifikasi masalah yang konseptual atau metodologis dalam bidang penelitiandan mengajak mereka untuk merancang cara dalam mengatasi masalah.
Pembelajaran kontekstual dilaksanakan sebagai aplikasi dalam pemaknaanbelajar dan proses belajar dalam arti yang sesungguhnya. Hal ini didasarkan padalandasan teoritis tentang belajar aktif yang tidak semata-mata menekankan pada pengetahuan yang bersifat hapalan saja.Siswa harus aktif mencari, menemukanpengetahuan tersebut dengan keterampilan secara mandiri.Peran guru dalam contextual learning berbeda dengan perannya dalam kelastradisional.Dalam kelas tradisional, guru merupakan satu-satunya penguasa danpemberi informasi, guru memberikan informasi pengetahuan dan siswa yang baikmenyerap pengetahuan tersebut tanpa banyak bertanya.Di sisi lain, pada kelaskontekstual, setelah pembelajaran berlangsung guru berperan sebagai fasilitator; gurusekedar memberikan informasi untuk merangsang pemikiran.Para siswa didoronguntuk bertanya dan mengemukakan ide-idenya.
c.       Hasil Belajar
Siswa adalah nilai yang diperoleh siswa selama kegiatan belajar mengajar. Hasil belajar yang diukur pada pembelajaran yang berlandaskan KTSP meliputi kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor. Maka guru tidak hanya menilai siswa dari aspek intelektual tetapi kemampuan sosial, sikap siswa selama proses belajar mengajar serta keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran juga dinilai oleh guru. Siswa yang telah mengalami pembelajaran diharapkan memilki pengetahuan dan ketrampilan baru serta perbaikan sikap sebagai hasil dari pembelajaran yang telah dialami siswa tersebut. Pengukuran hasil belajar bertujuan untuk mengukur tingkat pemahaman siswa dalam menyerap materi. Sebaiknya hasil belajar  yang telah dinilai oleh guru diberitahukan kepada siswa agar siswa mengetahui kemajuan belajar yang telah dilakukannya serta kekurangan yang masih perlu diperbaiki. Penilaian hasil belajar pada akhirnya sebagai bahan refleksi siswa mengenai kegiatan belajarnya dan refleksi guru terhadap kemampuan mengajarnya serta mengevaluasi pencapaian target kurikulum.
G.    Metodologi Penelitian
a.      Tempat Penelitian
Tempat penelitian adalah tempat yang digunakan dalam melakukan penelitian untuk memperoleh data yang diinginkan.Penelitian ini bertempat di SD Negeri 1 Mekarsari, tepatnya di Kelas 5.
b.      Waktu Penelitian
Waktu penelitian adalah waktu berlangsungnya penelitian atau saat penelitian ini dilangsungkan.Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Mei 2008 semester genap.
c.       Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah siswa-siswi kelas V SD Negeri 1 Mekarsari pada mata pelajaran matematika materi pecahan
d.      Metode Penelitian
Text Box: 17Pemecahan masalah yang diajukan dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas Menurut Tim Pelatih Proyek PGSM, PTK adalah suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan mereka dalam  melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan itu, serta memperbaiki kondisi dimana praktek pembelajaran tersebut dilakukan (dalam Mukhlis,      2000:3).
e.       Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian, meliputi:
1.      Silabus, yaitu seperangkat rencana dan pengaturan tentang kegiatan pembelajaran pengelolahan kelas, serta penilaian hasil belajar.
2.      Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), yaitu merupakan perangkat pembelajaran yang digunakan sebagai pedoman guru dalam mengajar dan disusun untuk tiap putaran. Masing-masing RPP berisi kompetensi dasar, indicator pencapaian hasil belajar, tujuan pembelajaran khusus, dan kegiatan belajar mengajar.
3.      Lembar Kegiatan Siswa, yaitu lembar kegiatan ini yang dipergunakan siswa untuk membantu proses pengumpulan data hasil eksperimen.
4.      Lembar Observasi Kegiatan Belajar Mengajar
1)      Lembar observasi pengolahan metode pembelajaran demonstrasi, untuk mengamati kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran.
2)      Lembar observasi aktivitas siswa dan guru, untuk mengamati aktivitas siswa dan guru selama proses pembelajaran.
5.      Tes formatif, yakni tes ini disusun berdasarkan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Tes formatif ini diberikan setiap akhir putaran.Bentuk soal yang diberikan adalah pilihan ganda (objektif). Sebelumnya soal-soal ini berjumlah 46.
f.       Teknik Pengumpulan Data
Data-data yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh melalui observasi dan tes dalam implementasi pendekatan kontekstual pada pembelajaran di kelas V SD Negeri 1 Mekarsari, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis.
g.      Teknik Analisis Data
Untuk mengetahui keefektifan suatu pendekatan dalam kegiatan pembelajaran perlu diadakan analisis data. Pada penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif, yaitu suatu teknik penelitian yang bersifat menggambarkan kenyataan atau fakta sesuai dengan data yang diperoleh dengan tujuan untuk mengetahui hasil belajar yang dicapai siswa juga untuk memperoleh respon siswa terhadap kegiata pembelajaran serta aktivitas siswa selama proses pembelajaran.
Untuk mengalisis tingkat keberhasilan atau persentase keberhasilan siswa setelah proses belajar mengajar setiap putarannya dilakukan dengan cara memberikan evaluasi berupa soal tes tertulis pada setiap akhir putaran.
Analisis ini dihitung dengan menggunakan statistik sederhana yaitu:
1.      Untuk menilai ulangan atu tes formatif
Peneliti melakukan penjumlahan nilai yang diperoleh siswa, yang selanjutnya dibagi dengan jumlah siswa yang ada di kelas tersebut sehingga diperoleh rata-rata tes formatif dapat dirumuskan:
Dengan      :      = Nilai rata-rata
                           Σ X   = Jumlah semua nilai siswa
                                       Σ N   = Jumlah siswa
2.   Untuk ketuntasan belajar
Ada dua kategori ketuntasan belajar, yaitu secara perorangan dan secara klasikal. Berdasarkan petunjuk pelaksanaan belajar mengajar KTSP (Depdiknas, 2007), yaitu seorang siswa telah tuntas belajar bila telah mencapai skor 65% atau nilai 65, dan kelas disebut tuntas belajar bila di kelas tersebut terdapat 85% yang telah mencapai daya serap lebih dari sama dengan 65%.
           
H.    Hasil Penelitian dan Pembahasan
1.      Hasil Penelitian
Siklus I
a.    Tahap Perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran 1, LKS 1, soal tes formatif 1, dan alat-alat pengajaran yang mendukung.
b.    Tahap Kegiatan dan Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus I dilaksanakan pada tanggal 13 April 2008 di kelas V dengan jumlah siswa 22 siswa.Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran yang telah dipersiapkan. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar.
Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif I dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Adapun data hasil penelitian pada siklus I adalah sebagai berikut:
Tabel 4.2. Hasil Tes Formatif Siswa Pada Siklus I
No. Urut
Nilai
Keterangan
No. Urut
Nilai
Keterangan
T
TT
T
TT
1
60

12
60

2
70

13
80

3
70

14
70

4
60

15
80

5
80

16
70

6
80

17
90

7
70

18
60

8
70

19
60

9
60

20
70

10
80

21
70

11
50

22
60

Jumlah
750
7
4
Jumlah
770
8
3
Jumlah Skor 1520
Jumlah Skor Maksimal Ideal 2200
Rata-Rata Skor Tercapai 69,09

Keterangan:    
T                                                          : Tuntas
TT                                                        : Tidak Tuntas
Jumlah siswa yang tuntas                    : 15
Jumlah siswa yang belum tuntas         : 7
Klasikal                                               : Belum tuntas

Tabel 4.3. Rekapitulasi Hasil Tes Siklus I
No
Uraian
Hasil Siklus I
1
2
3
Nilai rata-rata tes formatif
Jumlah siswa yang tuntas belajar
Persentase ketuntasan belajar
69,09
15
68,18

Dari tabel 4.2 dan tabel 4.3 di atas dapat dijelaskan bahwa dengan menerapkan pendekatan kontekstual pada pembelajaran matematika diperoleh nilai rata-rata hasil belajar siswa adalah 69,09 dan ketuntasan belajar mencapai 68,18% atau ada 15 siswa  dari 22 siswa sudah tuntas belajar. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada siklus pertama secara klasikal siswa belum tuntas belajar, karena siswa yang memperoleh nilai ≥ 65 hanya sebesar 68,18% lebih kecil dari persentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar 85%. Hal ini disebabkan karena siswa masih merasa baru dan belum mengerti apa yang dimaksudkan dan digunakan guru dengan menerapkan pendekatan kontekstual.

Siklus II
a.    Tahap perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran 2, LKS 2, soal tes formatif II, dan alat-alat pengajaran yang mendukung.
b.    Tahap kegiatan dan pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus II dilaksanakan pada tanggal 20 April 2008 di kelas V dengan jumlah siswa 22 siswa.Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran dengan memperhatikan revisi pada siklus I, sehingga kesalahan atau kekurangan pada siklus I tidak terulang lagi pada siklus II. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar.
Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif II dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa selama proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Instrument yang digunakan adalah tes formatif II.Adapun data hasil penelitian pada siklus II adalah sebagai berikut.
Tabel 4.4. Hasil Tes Formatif Siswa Pada Siklus II
No. Urut
Nilai
Keterangan
No. Urut
Nilai
Keterangan
T
TT
T
TT
1
60

12
90

2
80

13
80

3
80

14
80

4
90

15
80

5
90

16
80

6
60

17
60

7
80

18
80

8
70

19
70

9
60

20
60

10
80

21
80

11
90

22
80

Jumlah
840
8
3
Jumlah
840
9
2
Jumlah Skor 1680
Jumlah Skor Maksimal Ideal 2200
Rata-Rata Skor Tercapai 76,36
Keterangan:          
T                                                    : Tuntas
TT                                                  : Tidak Tuntas
Jumlah siswa yang tuntas              : 17
Jumlah siswa yang belum tuntas   : 5
Klasikal                                         : Belum tuntas 

Tabel 4.5. Rekapitulasi Hasil Tes Siklus II
No
Uraian
Hasil Siklus II
1
2
3
Nilai rata-rata tes formatif
Jumlah siswa yang tuntas belajar
Persentase ketuntasan belajar
76,36
17
77,27

Dari tabel 4.4 dan tabel 4.5 di atas diperoleh nilai rata-rata hasil belajar siswa adalah 76,36 dan ketuntasan belajar mencapai 77,27% atau ada 17 siswa dari 22 siswa sudah tuntas belajar. Hasil ini menunjukkan bahwa pada siklus II ini ketuntasan belajar secara klasikal telah megalami peningkatan sedikit lebih baik dari siklus I. Adanya peningkatan hasil belajar siswa ini karena setelah guru menginformasikan bahwa setiap akhir pelajaran akan selalu diadakan tes sehingga pada pertemuan berikutnya siswa lebih termotivasi untuk belajar. Selain itu siswa juga sudah mulai mengerti apa yang dimaksudkan dan diinginkan guru dengan menerapkan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran matematika.
Siklus III
a.    Tahap Perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran 3, LKS 3, soal tes formatif 3, dan alat-alat pengajaran yang mendukung
b.    Tahap kegiatan dan pengamatan
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus III dilaksanakan pada tanggal 27 April 2008 di kelas V dengan jumlah siswa 22 siswa.Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran dengan memperhatikan revisi pada siklus II, sehingga kesalahan atau kekurangan pada siklus II tidak terulang lagi pada siklus III. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar.
Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif III dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Instrumen yang digunakan adalah tes formatif III. Adapun data hasil peneitian pada siklus III adalah sebagai berikut:
Tabel 4.6. Hasil Tes Formatif Siswa Pada Siklus III
No. Urut
Nilai
Keterangan
No. Urut
Nilai
Keterangan
T
TT
T
TT
1
90

12
90

2
90

13
90

3
90

14
90

4
80

15
60

5
90

16
90

6
80

17
80

7
90

18
70

8
60

19
70

9
90

20
80

10
90

21
90

11
60

22
80

Jumlah
910
9
2
Jumlah
890
10
1
Jumlah Skor 1800
Jumlah Skor Maksimal Ideal 2200
Rata-Rata Skor Tercapai 81,82
Keterangan:           
T                                                     : Tuntas
TT                                                   : Tidak Tuntas
Jumlah siswa yang tuntas               : 19
Jumlah siswa yang belum tuntas    : 3
Klasikal                                           : Tuntas 


Tabel 4.7. Rekapitulasi Hasil Tes Siklus III
No
Uraian
Hasil Siklus III
1
2
3
Nilai rata-rata tes formatif
Jumlah siswa yang tuntas belajar
Persentase ketuntasan belajar
81,82
19
86,36

Berdasarkan tabel 4.6 dan tabel 4.7 diatas diperoleh nilai rata-rata tes formatif sebesar 81,82 dan dari 22 siswa yang telah tuntas sebanyak 19 siswa dan 3 siswa belum mencapai ketuntasan belajar. Maka secara klasikal ketuntasan belajar yang telah tercapai sebesar 86,36% (termasuk kategori tuntas).  Hasil pada siklus III ini mengalami peningkatan lebih baik dari siklus II.Adanya peningkatan hasil belajar pada siklus III ini dipengaruhi oleh adanya peningkatan kemampuan guru dalam menerapkan pendekatan kontekstual sehingga siswa menjadi lebih terbiasa dengan pembelajaran seperti ini sehingga siswa lebih mudah dalam memahami materi yang telah diberikan.Pada siklus III ini ketuntasan secara klasikal telah tercapai, sehingga penelitian ini hanya sampai pada siklus III.
c. Refleksi
Pada tahap ini akah dikaji apa yang telah terlaksana dengan baik maupun yang masih kurang baik dalam proses belajar mengajar dengan penerapan pendekatan kontekstual. Dari data-data yang telah diperoleh dapat duraikan sebagai berikut:
1)      Selama proses belajar mengajar guru telah melaksanakan semua pembelajaran dengan baik. Meskipun ada beberapa aspek yang belum sempurna, tetapi persentase pelaksanaannya untuk masing-masing aspek cukup besar.
2)      Berdasarkan data hasil pengamatan diketahui bahwa siswa aktif selama proses belajar berlangsung.
3)      Kekurangan pada siklus-siklus sebelumnya sudah mengalami perbaikan dan peningkatan sehingga menjadi lebih baik.
4)      Hasil belajar siswa pada siklus III mencapai ketuntasan.
d.   Revisi Pelaksanaan
Pada siklus III guru telah menerapkan pendekatan kontekstual dengan baik dan dilihat dari aktivitas siswa serta hasil belajar siswa pelaksanaan proses belajar mengajar sudah berjalan dengan baik. Maka tidak diperlukan revisi terlalu banyak, tetapi yang perlu diperhatikan untuk tindakan selanjutnya adalah memaksimalkan dan mempertahankan apa yang telah ada dengan tujuan agar pada pelaksanaan proses belajar mengajar selanjutnya penerapan pendekatan kontekstual yang dilaksanakan dapat meningkatkan proses belajar mengajar sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.



2.      Pembahasan
a.      Ketuntasan Hasil belajar Siswa
Melalui hasil peneilitian ini menunjukkan bahwa pendekatan kontekstual dalam pembelajaran matematika memiliki dampak positif dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari semakin mantapnya pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan guru (ketuntasan belajar meningkat dari sklus I, II, dan II) yaitu masing-masing 68,18%, 77,27%, dan 86,36%. Pada siklus III ketuntasan belajar siswa secara klasikal telah tercapai.
b.      Kemampuan Guru dalam Mengelola Pembelajaran
Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses pembelajaran dengan pendekatan kontekstual dalam setiap siklus mengalami peningkatan. Hal ini berdampak positif terhadap hasil belajar siswa yaitu dapat ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata siswa pada setiap siklus yang terus mengalami peningkatan.
c.       Aktivitas Guru dan Siswa Dalam Pembelajaran
Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses pembelajaran matematika materi pecahan yang paling dominan adalah bekerja dengan menggunakan alat/media, mendengarkan/ memperhatikan penjelasan guru, dan diskusi antar siswa/antara siswa dengan guru. Jadi dapat dikatakan bahwa aktivitas siswa dapat dikategorikan aktif.Sedangkan untuk aktivitas guru selama pembelajaran telah melaksanakan langah-langkah pembelajaran pendekatan kontekstual dengan baik.Hal ini terlihat dari aktivitas guru yang muncul di antaranya aktivitas membimbing dan mengamati siswa dalam mengerjakan kegiatan LKS/menemukan konsep, menjelaskan/melatih menggunakan alat, memberi umpan balik/evaluasi/tanya jawab dimana prosentase untuk aktivitas di atas cukup besar.

I.       Simpulan
Dari hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan selama tiga siklus, dan berdasarkan seluruh pembahasan serta analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut:
1.      Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual memiliki dampak positif dalam meningkatkan hasil belajar siswa yang ditandai dengan peningkatan ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu siklus I (68,18%), siklus II (77,27%), siklus III (86,36%).
2.      Penerapan pendekatan kontekstual mempunyai pengaruh positif, yaitu dapat meningkatkan motivasi belajar siswa yang ditunjukan dengan hasil wawancara dengan sebagian siswa, rata-rata jawaban siswa menyatakan bahwa siswa tertarik dan berminat dengan pendekatan kontekstual sehingga mereka menjadi termotivasi untuk belajar.




J.      Daftar Pustaka

Arikunto, Suharsimi. 1997. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Hamalik, Oemar. 2002. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo.
Joyce, Bruce dan Weil, Marsh. 1972. Models of Teaching Model. Boston: A Liyn dan Bacon.
Masriyah. 1999. Analisis Butir Tes. Surabaya: Universitas Press.
Mukhlis, Abdul. (Ed). 2000. Penelitian Tindakan Kelas. Makalah Panitia Pelatihan Penulisan Karya Ilmiah untuk Guru-guru se-Kabupaten Tuban.
Nur, Moh. 2001. Pemotivasian Siswa untuk Belajar. Surabaya. University Press.Universitas Negeri Surabaya.
Suryosubroto, B. 1997.Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: PT. Rineksa Cipta.
Usman, Uzer. 2000. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Widoko. 2002. Metode Pembelajaran Konsep. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.
http://contextual.org diakses tanggal 15 April 2009

1 komentar:

  1. Casino | MapyRO
    Casino. Casino type. Address. 24 Highway 183, Suite 영천 출장안마 206, 순천 출장안마 Suite 206, Suite 209, Suite 211, Suite 213, Suite 214, Suite 220, 신규 바카라 사이트 Suite 221, Suite 김해 출장마사지 222, 광주광역 출장샵 Suite

    BalasHapus